151. Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan ni'mat Kami kepadamu) Kami
telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat
Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab
dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu
ketahui.
152. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu [98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni'mat)-Ku.
[98] Maksudnya: Aku limpahkan rahmat dan ampunan-Ku kepadamu.
walaa taquuluu liman yuqtalu fii sabiili allaahi amwaatun bal ahyaaun walaakin laa tasy'uruuna
154. Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di
jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu
hidup [100], tetapi kamu tidak menyadarinya.
[100] Yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kitaini,
di mana mereka mendapat keni'matan-keni'matan di sisi Allah, dan hanya
Allah sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan hidup itu.
SEBAB TURUNNYA AYAT:
Diketengahkan oleh Ibnu Mandah dalam kitab Ash-Shahabah dari jalur
As-Sadiyush Shaghir dari Kalbiy, dari Abu Shalih dari Ibnu Abbas,
katanya, "Tamim binHammam
gugur di Badar dan mengenai dirinya serta lain-lainnya turun ayat, 'Dan
janganlah kamu katakan terhadap orang yang terbunuh di jalan Allah
bahwa mereka itu mati ...' sampai akhir ayat." (Q.S. Al-Baqarah 154).
Kata Abu Naim, "Mereka sepakat bahwa ia adalah Umair bin Hammam dan
bahwa Sadiy telah melakukan kesalahan dalam menyebutkannya."
walanabluwannakum bisyay-in mina alkhawfi waaljuu'i wanaqshin mina al-amwaali waal-anfusi waaltstsamaraati wabasysyiri alshshaabiriina
155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" [101].
[101] Artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah
kami kembali. Kalimat ini dinamakan kalimat "istirjaa" (pernyataan
kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya
baik besar maupun kecil.
158. Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah
[102]. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau
ber-'umrah, maka tidak ada dosa baginya [103] mengerjakan sa'i antara
keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan
kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri [104] kebaikan
lagi Maha Mengetahui.
[102] Syi'ar-syi'ar Allah: tanda-tanda atau tempat beribadah kepada Allah.
[103] Tuhan mengungkapkan dengan perkataan "tidak ada dosa" sebab
sebahagian sahabat merasa keberatan mengerjakannya sa'i di situ, karena
tempat itu bekas tempat berhala. Dan di masa jahiliyahpun tempat itu
digunakan sebagai tempat sa'i. Untuk menghilangkan rasa keberatan itu
Allah menurunkan ayat ini.
[104] Allah mensyukuri hamba-Nya: memberi pahala terhadap amal-amal
hamba-Nya, mema'afkan kesalahannya, menambah ni'mat-Nya dan sebagainya.
SEBAB TURUNNYA AYAT:
Diketengahkan oleh Bukhari dan Muslim dan lain-lain dari Urwah dari
Aisyah, katanya kepada Aisyah, "Bagaimana pendapat Anda tentang firman
Allah, 'Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian dan syiar-syiar
Allah,' maka barang siapa yang beribadah Haji ke Baitullah atau
berumrah, maka tak ada dosa baginya untuk mengerjakan sai di antara
keduanya.' (Q.S. Al-Baqarah 158). Saya lihat tak ada alasan bagi
seseorang untuk tidak bersai di antara keduanya." Jawab Aisyah, "Jelek
sekali apa yang kamu katakan itu, wahai keponakanku! Sekiranya ayat itu
menurut apa yang kamu takwilkan, tentulah dia akan berbunyi, 'Maka tidak
ada dosa baginya untuk tidak melakukan sai di antara keduanya.' (Q.S.
Al-Baqarah 18). Tetapi sebenarnya ia diturunkan terhadap orang-orang
Ansar. Sebelum masuk Islam, mereka mengadakan upacara-upacara ke berhala
Manat dan sesudah masuk Islam sebagian warganya merasa keberatan untuk
sai di antara Safa dan Marwah. Lalu mereka tanyakan hal itu kepada
Rasulullah saw., kata mereka, 'Wahai Rasulullah! Kami merasa keberatan
untuk sai di antara Safa dan Marwah di masa jahiliah?' Maka Allah pun
menurunkan, 'Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian di antara
syiar-syiar Allah...' sampai dengan firman-Nya '...maka tak ada dosa
baginya untuk mengerjakan sai di antara keduanya.'" (Q.S. Al-Baqarah
158). Diketengahkan oleh Bukhari dari Ashim bin Sulaiman katanya, "Saya
tanyakan kepada Anas tentang Safa dan Marwah." Jawabnya, "Selama ini
kami menganggapnya sebagai urusan jahiliah, dan setelah Islam datang
kami menahan diri untuk membicarakannya", maka Allah pun menurunkan,
"Sesungguhnya Shafa dan Marwah termasuk dalam syiar-syiar Allah." (Q.S.
Al-Baqarah 158). Diketengahkan oleh Hakim dari Ibnu Abbas, katanya, "Di
masa jahiliah, setan-setan gentayangan sepanjang malam di antara Safa
dan Marwah, dan di antara keduanya itu terdapat berhala-berhala mereka.
Maka tatkala Islam datang, kaum muslimin pun mengatakan, 'Wahai
Rasulullah! Kami tak hendak sai lagi di antara Safa dan Marwah. Cukuplah
kami melakukannya di masa jahiliah.' Maka Allah pun menurunkan ayat
ini."
inna alladziina yaktumuuna maa anzalnaa mina albayyinaati waalhudaa min ba'di maa bayyannaahu lilnnaasi fii alkitaabi ulaa-ika yal'anuhumu allaahu wayal'anuhumu allaa'inuuna
159. Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami
turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah
Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila'nati
Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati,
SEBAB TURUNNYA AYAT:
Diketengahkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim dari jalur Said atau
Ikrimah dari Ibnu Abbas, katanya, "Muaz bin Jabal, Saad bin Muaz dan
Kharijah bin Zaid menanyakan kepada beberapa orang pendeta Yahudi
tentang sebagian isi Taurat. Mereka merahasiakannya dan tak hendak
membukakannya." Maka Allah menurunkan tentang mereka, "Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan keterangan-keterangan dan petunjuk yang
telah Kami turunkan..." sampai akhir ayat. (Q.S. Al-Baqarah 159).
160. kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan [105]
dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima
taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang.
[105] Mengadakan perbaikan berarti melakukan pekerjaan-pekerjaan yang
baik untuk menghilangkan akibat-akibat yang jelek dari
kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar