|
surah / surat : An-Nisaa Ayat : 101 |
|
|
ضَرَبْتُمْ |
kamu bepergian |
تَقْصُرُوا۟ |
kamu mengqasar |
يَفْتِنَكُمُ |
memfitnah/menyerang |
ٱلَّذِينَ |
orang-orang yang |
كَفَرُوٓا۟ |
(mereka) kafir |
ٱلْكَٰفِرِينَ |
orang-orang kafir |
|
![](http://www.surah.my/images/s004/a101.png) |
wa-idzaa dharabtum fii al-ardhi falaysa 'alaykum junaahun an taqshuruu mina alshshalaati in khiftum an yaftinakumu alladziina kafaruu inna alkaafiriina kaanuu lakum 'aduwwan mubiinaan
|
101. Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa
kamu men-qashar [343] sembahyang(mu), jika kamu takut diserang
orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang
nyata bagimu.
[343] Menurut pendapat jumhur arti qashar di sini ialah : sembahyang
yang empat raka'at dijadikan dua raka'at. Meng-qashar di sini ada
kalanya dengan mengurangi jumlah raka'at dari 4 menjadi 2, yaitu di
waktu bepergian dalam keadaan aman dan ada kalanya dengan meringankan
rukun-rukun dari yang 2 raka'at itu, yaitu di waktu dalam perjalanan
dalam keadaan khauf. Dan ada kalanya lagi meringankan rukun-rukun yang 4
raka'at dalam keadaan khauf di waktu hadhar. |
|
SEBAB TURUNNYA AYAT:
Ibnu Jarir mengetengahkan dari Ali, katanya, "Suatu kaum dari Bani
Najjar menanyakan kepada Rasulullah saw., 'Wahai Rasulullah! Kami
mengadakan perjalanan di muka bumi, maka bagaimana caranya kami
melakukan salat?' Maka Allah pun menurunkan, 'Jika kamu mengadakan
perjalanan di muka bumi, maka tak ada salahnya kamu mengqasar salatmu.'
(Q.S. An-Nisa 101) Setelah itu wahyu pun terputus. Kemudian setahun
setelah itu Nabi saw. pergi berperang dan melakukan salat zuhur. Maka
kata orang-orang musyrik, 'Muhammad dan para sahabatnya telah
menyerahkan punggung mereka kepada tuan-tuan, kenapa tidak tuan-tuan
serbu saja mereka itu?' Salah seorang-menjawab, 'Mereka punya punggung
yang lain seperti itu di belakangnya' Maka Allah pun menurunkan di
antara dua buah salat, 'Yakni jika kamu takut diganggu oleh orang-orang
kafir...' sampai dengan, '...siksa yang menghinakan.'" (Q.S. An-Nisa
101-102). Demikian turunnya salat khauf/salat dalam keadaan ketakutan.
|
|
|
surah / surat : An-Nisaa Ayat : 102 |
|
|
فِيهِمْ |
di dalam/di tengah mereka |
فَأَقَمْتَ |
maka/lalu kamu mendirikan |
لَهُمُ |
bagi/bersama mereka |
فَلْتَقُمْ |
maka hendaklah berdiri |
وَلْيَأْخُذُوٓا۟ |
dan hendaklah mereka menyandang |
أَسْلِحَتَهُمْ |
senjata mereka |
سَجَدُوا۟ |
mereka telah sujud |
فَلْيَكُونُوا۟ |
maka hendaklah mereka |
وَلْتَأْتِ |
dan hendaklah datang |
فَلْيُصَلُّوا۟ |
maka sholatlah mereka |
وَلْيَأْخُذُوا۟ |
dan hendaklah |
حِذْرَهُمْ |
kewaspadaan mereka |
وَأَسْلِحَتَهُمْ |
dan senjata mereka |
ٱلَّذِينَ |
orang-orang yang |
وَأَمْتِعَتِكُمْ |
dan harta bendamu |
فَيَمِيلُونَ |
maka mereka akan menyerbu |
لِلْكَٰفِرِينَ |
bagi orang-orang kafir |
|
![](http://www.surah.my/images/s004/a102.png) |
wa-idzaa kunta fiihim fa-aqamta lahumu alshshalaata faltaqum thaa-ifatun minhum ma'aka walya/khudzuu aslihatahum fa-idzaa sajaduu falyakuunuu min waraa-ikum walta/ti thaa-ifatun ukhraa lam yushalluu falyushalluu ma'aka walya/khudzuu hidzrahum wa-aslihatahum wadda alladziina kafaruu law taghfuluuna 'an aslihatikum wa-amti'atikum fayamiiluuna 'alaykum maylatan waahidatan walaa junaaha 'alaykum in kaana bikum adzan min matharin aw kuntum mardaa an tadha'uu aslihatakum wakhudzuu hidzrakum inna allaaha a'adda lilkaafiriina 'adzaaban muhiinaan
|
102. Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu
kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah
segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang
senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah
menyempurnakan seraka'at) [344], maka hendaklah mereka pindah dari
belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang
kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu
[345], dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata.
Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta
bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. Dan tidak ada dosa
atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu
kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap siagalah
kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi
orang-orang kafir itu [346].
[344] Menurut jumhur mufassirin bila telah selesai seraka'at, maka
diselesaikan satu raka'at lagi sendiri, dan Nabi duduk menunggu golongan
yang kedua. [345] Yaitu raka'at yang pertama, sedang raka'at yang kedua
mereka selesaikan sendiri pula dan mereka mengakhiri sembahyang mereka
bersama-sama Nabi. [346] Cara sembahyang khauf seperti tersebut pada
ayat 102 ini dilakukan dalam keadaan yang masih mungkin mengerjakannya,
bila keadaan tidak memungkinkan untuk mengerjakannya, maka sembahyang
itu dikerjakan sedapat-dapatnya, walaupun dengan mengucapkan tasbih
saja. |
|
SEBAB TURUNNYA AYAT:
Ibnu Jarir mengetengahkan dari Ali, katanya, "Suatu kaum dari Bani
Najjar menanyakan kepada Rasulullah saw., 'Wahai Rasulullah! Kami
mengadakan perjalanan di muka bumi, maka bagaimana caranya kami
melakukan salat?' Maka Allah pun menurunkan, 'Jika kamu mengadakan
perjalanan di muka bumi, maka tak ada salahnya kamu mengqasar salatmu.'
(Q.S. An-Nisa 101) Setelah itu wahyu pun terputus. Kemudian setahun
setelah itu Nabi saw. pergi berperang dan melakukan salat zuhur. Maka
kata orang-orang musyrik, 'Muhammad dan para sahabatnya telah
menyerahkan punggung mereka kepada tuan-tuan, kenapa tidak tuan-tuan
serbu saja mereka itu?' Salah seorang-menjawab, 'Mereka punya punggung
yang lain seperti itu di belakangnya' Maka Allah pun menurunkan di
antara dua buah salat, 'Yakni jika kamu takut diganggu oleh orang-orang
kafir...' sampai dengan, '...siksa yang menghinakan.'" (Q.S. An-Nisa
101-102). Demikian turunnya salat khauf/salat dalam keadaan ketakutan.
Dan diketengahkan oleh Ahmad dan Hakim yang menganggapnya sahih begitu
pula oleh Baihaqi dalam Ad-Dalail dari Ibnu Iyasy Az-Zarqi, katanya,
"Kami berada bersama Rasulullah saw. di Usfan, lalu dihadang oleh
orang-orang musyrik yang dipimpin oleh Khalid bin Walid. Kebetulan
mereka berada di antara kami dengan kiblat. Maka Nabi saw. melakukan
salat zuhur dengan kami. Kata mereka, 'Mereka akan kalang kabut, kalau
kita berhasil menyerang baris depan mereka.' Kemudian kata mereka pula,
'Sekarang datang waktu mereka salat, yakni yang lebih mereka cintai dari
anak-anak dan diri mereka sendiri.' Maka Jibril pun turun membawa
ayat-ayat ini di antara salat zuhur dengan asar, 'Dan apabila kamu
berada di tengah-tengah mereka, lalu kamu hendak mendirikan salat
bersama mereka...' sampai akhir ayat." (Q.S. An-Nisa 102) Diriwayatkan
oleh Tirmizi seperti itu dari Abu Hurairah dan oleh Ibnu Jarir seperti
demikian dari Jabir bin Abdullah dan dari Ibnu Abbas. Diketengahkan oleh
Bukhari dari Ibnu Abbas, katanya, "Diturunkan ayat, 'Jika kamu mendapat
gangguan dari hujan atau kamu dalam keadaan sakit...' (Q.S. An-Nisa
102) mengenai Abdurrahman bin Auf yang mendapat luka."
|
|
|
surah / surat : An-Nisaa Ayat : 103 |
|
|
قَضَيْتُمُ |
kamu telah menyelesaikan |
فَٱذْكُرُوا۟ |
maka ingatlah |
قِيَٰمًا |
di waktu berdiri |
وَقُعُودًا |
dan di waktu duduk |
ٱطْمَأْنَنتُمْ |
kamu telah merasa aman |
فَأَقِيمُوا۟ |
maka dirikanlah |
ٱلْمُؤْمِنِينَ |
orang-orang yang beriman |
مَّوْقُوتًا |
ditentukan waktunya |
|
![](http://www.surah.my/images/s004/a103.png) |
fa-idzaa qadhaytumu alshshalaata faudzkuruu allaaha qiyaaman waqu'uudan wa'alaa junuubikum fa-idzaa ithma/nantum fa-aqiimuu alshshalaata inna alshshalaata kaanat 'alaa almu/miniina kitaaban mawquutaan
|
103. Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah
di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian
apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana
biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman. |
|
|
surah / surat : An-Nisaa Ayat : 104 |
|
|
تَهِنُوا۟ |
kamu berhati hina/lemah |
ٱبْتِغَآءِ |
mencari/mengejar |
تَأْلَمُونَ |
kamu menderita sakit |
فَإِنَّهُمْ |
maka sesungguhnya mereka |
يَأْلَمُونَ |
menderita sakit |
تَأْلَمُونَ |
kamu menderita sakit |
وَتَرْجُونَ |
dan kamu mengharapkan |
يَرْجُونَ |
mereka harapkan |
|
![](http://www.surah.my/images/s004/a104.png) |
walaa tahinuu fii ibtighaa-i alqawmi in takuunuu ta/lamuuna fa-innahum ya/lamuuna kamaa ta/lamuuna watarjuuna mina allaahi maa laa yarjuuna wakaana allaahu 'aliiman hakiimaan
|
104. Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika
kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita
kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap
dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana. |
|
|
surah / surat : An-Nisaa Ayat : 105 |
|
|
أَنزَلْنَآ |
telah menurunkan |
بِٱلْحَقِّ |
dengan kebenaran |
لِتَحْكُمَ |
supaya kamu mengadili |
أَرَىٰكَ |
memperlihatkan/mewahyukan kepadamu |
لِّلْخَآئِنِينَ |
bagi orang-orang yang mengkhianati |
|
![](http://www.surah.my/images/s004/a105.png) |
innaa anzalnaa ilayka alkitaaba bialhaqqi litahkuma bayna alnnaasi bimaa araaka allaahu walaa takun lilkhaa-iniina khashiimaan
|
105. Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa
kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah
Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang
yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat [347],
[347] Ayat ini dan beberapa ayat berikutnya diturunkan berhubungan
dengan pencurian yang dilakukan Thu'mah dan ia menyembunyikan barang
curian itu di rumah seorang Yahudi. Thu'mah tidak mengakui perbuatannya
itu malah menuduh bahwa yang mencuri barang itu orang Yahudi. Hal ini
diajukan oleh kerabat-kerabat Thu'mah kepada Nabi SAW dan mereka meminta
agar Nabi membela Thu'mah dan menghukum orang-orang Yahudi, kendatipun
mereka tahu bahwa yang mencuri barang itu ialah Thu'mah, Nabi sendiri
hampir-hampir membenarkan tuduhan Thu'mah dan kerabatnya itu terhadap
orang Yahudi. |
|
SEBAB TURUNNYA AYAT:
Diriwayatkan oleh Hakim dan Tirmizi dan lain-lain dari Qatadah bin
Nu'man, katanya, "Ada suatu keluarga pada kami yang disebut Bani Abiraq
yang nama mereka ialah Bisyr, Basyir dan Mubasysyir. Basyir adalah
seorang munafik, mengucapkan syair berisi celaan kepada para sahabat
Rasulullah yang menjadi cemooh bagi sebagian orang Arab. Kata mereka,
'Si Anu mengatakan begitu...,' baik di masa jahiliah maupun di zaman
Islam.' Keluarga Abiraq ini adalah keluarga miskin dan melarat. Ketika
itu yang menjadi bahan makanan manusia di Madinah hanyalah gandum dan
kurma. Maka paman saya, Rifa'ah bin Zaid, membeli satu pikul bahan
makanan itu dari Darmak dan menaruhnya di warung kopinya yang juga
disimpannya alat senjata, baju besi dan pedangnya. Rupanya ada pencuri
yang melubangi warung itu dari bagian bawah lalu mengambil makanan dan
alat senjata. Waktu pagi, paman Rifa'ah datang mendapatkan saya,
katanya, 'Keponakanku, kita telah dianiaya tadi malam. Warung kita
dibobol pencuri yang mengambil makanan dan alat-alat senjata kita.' Kami
pun berusaha menyelidiki dan menanyakannya di sekeliling perkampungan
itu. Ada yang mengatakan, 'Kami lihat Bani Abiraq menyalakan api tadi
malam, dan menurut dugaan kami sasarannya ialah tentunya makanan
tuan-tuan itu.' Ketika kami tanyakan, maka kata Bani Abiraq, 'Demi
Allah, siapa lagi orangnya kalau bukan Lubaid bin Sahal,' yang menurut
pendapat kami seorang yang baik dan beragama Islam. Ketika mendengar
itu, Lubaid menyambar pedangnya lalu katanya, 'Siapa mencuri? Demi
Allah, orang-orang itu harus menghadapi pedang saya ini, atau kalau
tidak, mereka harus menjelaskan siapa sebenarnya yang melakukan
pencurian itu!' Kata mereka, 'Bersabarlah Anda, sebenarnya bukanlah Anda
yang kami maksud!' Lalu kami teruskan penyelidikan hingga kami tidak
ragu lagi bahwa Bani Abiraqlah yang menjadi pelakunya. Kata paman saya
kepada saya, 'Hai keponakanku! Bagaimana kalau kamu datang kepada
Rasulullah dan menyampaikan hal ini kepada beliau?' Maka saya pun
datanglah, kata saya, 'Ada suatu keluarga di lingkungan kami yang
bertabiat kasar dan menganiaya paman saya. Mereka melubangi warungnya
dan mencuri bahan makanan dan alat-alat senjata. Maka kami harap agar
senjata kami dikembalikan dan tentang makanan, biarlah, kami tidak
memerlukannya.' Jawab Rasulullah saw., 'Baiklah kami selidiki dulu.'
Mendengar itu Bani Abiraq mendatangi seorang laki-laki dari kalangan
mereka juga yang bernama Asir bin Urwah lalu membicarakan hal itu
dengannya. Kemudian berkumpullah orang-orang dari perkampungan itu lalu
menemui Rasulullah saw. kata mereka, 'Wahai Rasulullah! Qatadah bin
Nu'man bersama pamannya, menuduh keluarga kami yang beragama Islam dan
termasuk orang baik-baik telah mencuri tanpa keterangan dan bukti yang
nyata.' Qatadah mendatangai Rasulullah saw. lalu katanya kepada saya,
'Betulkah kamu telah menuduh suatu keluarga baik-baik yang dikenal saleh
dan beragama Islam melakukan pencurian tanpa sesuatu bukti atau
keterangan?' Mendengar itu saya pun kembali mendapatkan paman saya dan
menceritakannya. Maka kata paman saya, 'Hanya Allahlah tempat kita
memohon pertolongan.' Maka tidak lama turunlah ayat Alquran,
'Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa
kebenaran, agar kamu mengadili manusia dengan apa yang telah diwahyukan
Allah kepadamu, dan janganlah kamu menjadi pembela bagi orang-orang yang
berkhianat, maksudnya Bani Abiraq, dan mohonlah ampun kepada Allah;
artinya mengenai apa yang telah kamu katakan kepada Qatadah,...' sampai
dengan, '.....Maha Besar.' Setelah turun Alquran, Rasulullah pun
mengambil pedang dan mengembalikannya kepada Rifa'ah sedangkan Basyir
menggabungkan diri kepada orang-orang musyrik dan tinggal di rumah
Sulafah binti Saad. Maka Allah pun menurunkan, 'Barangsiapa yang
menentang Rasul setelah nyata kebenaran baginya...,' sampai dengan
firman-Nya, '...maka sesungguhnya ia telah sesat sejauh-jauhnya.'" (Q.S.
An-Nisa 115-116). Kata Hakim, hadis ini sahih menurut syarat Muslim.
Ibnu Saad mengetengahkan dalam Ath-Thabaqat dengan sanadnya dari Mahmud
bin Lubaid, katanya, "Basyir bin Harits membongkar sebuah gudang Rifa'ah
bin Zaid, paman dari Qatadah bin Nu'man dengan melubanginya dari bagian
belakangnya, lalu mengambil makanan dan dua buah baju besi dengan
alat-alatnya. Maka Qatadah pun datang menemui Nabi saw. lalu
menyampaikan berita itu hingga Basyir dipanggil oleh Nabi dan
ditanyainya. Ia menyangkal dan menuduh Lubaid bin Sahal yang berbuat
demikian. Lubaid ini adalah seorang yang terpandang dan mempunyai
kedudukan di kampung itu. Maka turunlah Alquran mendustakan Basyir dan
membersihkan diri Lubaid, 'Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab
kepadamu dengan membawa kebenaran, agar kamu mengadili manusia dengan
apa yang telah diwahyukan Allah kepadamu...' sampai akhir ayat." (Q.S.
An-Nisa 105) Dan tatkala turun Alquran mengenai Basyir dan berita itu
sampai ke telinganya, ia pun lari ke Mekah dalam keadaan murtad dan
tinggal di rumah Sulafah binti Saad. Di sana ia menjelek-jelekkan Nabi
saw. dan kaum muslimin hingga turunlah pula ayat mengenainya, "Dan
barangsiapa yang menentang Rasul...sampai akhir ayat." (Q.S. An-Nisa
115). Ia selalu dikecam oleh Hasan bin Tsabit lewat syairnya hingga ia
kembali dan peristiwa ini terjadi pada bulan Rabi' tahun 4 Hijriah.
|
|
|
surah / surat : An-Nisaa Ayat : 106 |
|
|
وَٱسْتَغْفِرِ |
dan mohonlah ampun |
|
![](http://www.surah.my/images/s004/a106.png) |
waistaghfiri allaaha inna allaaha kaana ghafuuran rahiimaan
|
106. dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. |
|
|
surah / surat : An-Nisaa Ayat : 107 |
|
|
ٱلَّذِينَ |
orang-orang yang |
يَخْتَانُونَ |
(mereka) mengkhianati |
خَوَّانًا |
orang yang berkhianat |
أَثِيمًا |
bergelimang dosa |
|
![](http://www.surah.my/images/s004/a107.png) |
walaa tujaadil 'ani alladziina yakhtaanuuna anfusahum inna allaaha laa yuhibbu man kaana khawwaanan atsiimaan
|
107. Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang
mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
selalu berkhianat lagi bergelimang dosa, |
|
|
surah / surat : An-Nisaa Ayat : 108 |
|
|
يَسْتَخْفُونَ |
mereka bersembunyi |
يَسْتَخْفُونَ |
mereka bersembunyi |
يُبَيِّتُونَ |
mereka menetapkan |
ٱلْقَوْلِ |
perkataan/keputusan (rahasia) |
بِمَا |
dengan/terhadap apa |
يَعْمَلُونَ |
mereka kerjakan |
|
![](http://www.surah.my/images/s004/a108.png) |
yastakhfuuna mina alnnaasi walaa yastakhfuuna mina allaahi wahuwa ma'ahum idz yubayyituuna maa laa yardaa mina alqawli wakaana allaahu bimaa ya'maluuna muhiithaan
|
108. mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi
dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka
menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak redlai. Dan adalah Allah
Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan. |
|
|
surah / surat : An-Nisaa Ayat : 109 |
|
|
جَٰدَلْتُمْ |
kamu berdebat |
|
![](http://www.surah.my/images/s004/a109.png) |
haa-antum haaulaa-i jaadaltum 'anhum fii alhayaati alddunyaa faman yujaadilu allaaha 'anhum yawma alqiyaamati am man yakuunu 'alayhim wakiilaan
|
109. Beginilah kamu, kamu sekalian adalah orang-orang yang berdebat
untuk (membela) mereka dalam kehidupan dunia ini. Maka siapakah yang
akan mendebat Allah untuk (membela) mereka pada hari kiamat ? Atau
siapakah yang menjadi pelindung mereka (terhadap siksa Allah) ? |
|
|
surah / surat : An-Nisaa Ayat : 110 |
|
|
يَسْتَغْفِرِ |
memohon ampun |
|
![](http://www.surah.my/images/s004/a110.png) |
waman ya'mal suu-an aw yazhlim nafsahu tsumma yastaghfiri allaaha yajidi allaaha ghafuuran rahiimaan
|
110. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya,
kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. |
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar